Wednesday, 23 March 2011
MUKJIZAT AL-QUR'AN SEBAGAI OBAT PENYAKIT KEJIWAAN
Murtad Tanpa Sadar
Upaya Yang Dilakukan Agar Segera Mendapatkan Jodoh
1. Memperbaiki diri.
Jika kita ingin mendapatkan jodoh yang sholih, maka kita harus menjadi orang yang sholihah juga. Itulah maksud Allah dalam firman-Nya : “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (QS. 24 : 26).
Memperbaiki diri disini pengertiannya ada dua, lahiriah dan batiniah.
Secara lahiriah kita perlu menjadi orang yang bersih, rapi dan menjaga bau badan. Tidak perlu berdandan yang berlebihan (tidak Islami), tapi perlu kelihatan sebagai orang yang menarik.
Sebagian orang yang ingin menikah sangat berharap mendapatkan jodoh yang sholih, tapi ia sendiri orang yang salah (tidak sholih). Ini ibarat pungguk merindukan bulan.
2. Tidak putus asa berdoa.
Jangan pernah berputus asa untuk berdoa. Doa yang baik untuk mendapatkan jodoh adalah doa yang terdapat dalam surah Al Furqon ayat 74 : “Ya Rob kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
Agar doa lebih terkabul, perhatikan juga adab-adab berdoa dalam Islam. Jadi jangan berdoa menurut versi kita sendiri. Berdoalah menurut apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya kepada kita, niscaya doa kita akan lebih terkabul.
3. Ibadah sunnah diperbanyak.
Agar jodoh kita semakin cepat datang, kita juga perlu mendekati Allah dengan ekstra dekat. Caranya tidak hanya mengandalkan ibadah wajib, tapi juga dengan menambah ibadah-ibadah sunnah (nawafil), seperti sholat tahajjud, sholat dhuha, shaum, tilawah Al Qur’an, infaq, dan lain-lain. Lakukan ibadah sunnah ini secara rutin setiap hari agar iman kita bertambah dan do’a kita semakin dikabulkan Allah SWT.
4. Memiliki kriteria yang tidak muluk.
Mengapa jodoh sulit datang kepada kita? Salah satunya mungkin disebabkan karena kriteria jodoh kita terlalu muluk. Kita ingin jodoh yang mapan, ganteng/cantik, berpangkat, keturunan baik-baik dan beriman. Keinginan semacam itu sah-sah saja, tapi jika hal tersebut dijadikan syarat untuk jodoh kita maka kita telah mempersulit diri sendiri.
Itulah sebabnya Rasulullah mengatakan jika kita tidak dapat memperoleh semuanya, maka pilihlah yang agamanya paling baik. Hal itu berarti mungkin saja jodoh kita orang yang miskin, tidak berpangkat, bukan keturunan orang baik, akan tetapi kita perlu menerimanya asalkan memiliki agama/akhlaq yang baik. Jangan kita menginginkan kesempurnaan dari orang lain, padahal diri kita tidak sempurna.
5. Memperluas pergaulan.
Cara yang lain agar cepat mendapatkan jodoh adalah memperluas pergaulan. Dengan pergaulan yang luas kita juga lebih banyak mendapatkan pilihan. Seringkali jodoh itu datang bukan dari perkenalan langsung, tapi dari kenalan teman kita. Bahkan dari kenalan dari kenalan teman kita. Itulah gunanya pergaulan yang luas. Ibarat seorang nelayan yang menebarkan jaringan yang luas untuk mendapatkan ikan yang lebih banyak.
6. Meminta tolong orang lain.
Cara lain agar cepat mendapatkan jodoh adalah meminta tolong kepada orang lain yang reputasinya baik. Orang tersebut bisa saja guru mengaji, murobbi, teman, orang tua, saudara, dan lain-lain. Jangan malu-malu untuk meminta bantuan kepada mereka dan jangan malu-malu juga untuk mengulangi permintaan kita secara rutin agar orang tersebut ingat bahwa kita meminta bantuan kepadanya.
7. Menyatakan hasrat secara langsung.
Bisa juga seorang wanita mendapatkan jodoh dengan cara menyatakan langsung kepada lelaki yang kita taksir bahwa kita siap menikah dengannya. Ini adalah cara yang masih asing dalam budaya Indonesia. Namun cara ini sebenarnya Islami, karena pernah dilakukan Khadijah ra kepada Nabi Muhammad saw. Khadijah ra yang lebih dahulu menyatakan hasratnya kepada Nabi melalui perantaranya.
sumber dari
Doa Setelah Sholat Dhuha
Doa Setelah Sholat Dhuha
ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBAADAKASH SHALIHIN.
Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.
di copy dari blog http://athay.wordpress.com/2008/07/02/doa-sholat-dhuha-doa-rezeki/
Saturday, 6 March 2010
ISTRI IDAMAN SUAMI
Maka perlu bagi seorang wanita, baik yang sudah menjadi seorang istri, maupun yang akan menjadi seorang istri, untuk berusaha mencari tahu kiat-kiat khusus yang harus dilaksanakan agar ia menjadi dambaan dan pujaan para suami. Mudah-mudahan beberapa pesan dan nasehat di bawah ini bisa menjadi kiat-kiat yang berharga bagi para wanita untuk mewujudkan impiannya, menjadi idola dan idaman sang suami, serta untuk menggapai kebahagian yang hakiki dalam mengarungi lautan kehidupan rumah tangga yang penuh dengan liku-liku ini bersama suami tercinta. Kiat-kiat tersebut di antaranya adalah:
1. Hendaklah seorang istri merasa cukup dan ridha dengan pemberian yang sedikit dari sang suami. Tidak banyak menuntutnya, sehingga membuatnya kecewa dan dapat menjerumuskannya untuk mencari nafkah dengan jalan dan cara yang haram. Sungguh para wanita generasi Salafush-Shalih, apabila suaminya hendak berangkat dari rumahnya untuk mencari nafkah, ia berkata kepadanya, "Jauhkanlah (wahai suamiku) mencari nafkah yang haram. Sesung-guhnya kami mampu bersabar menahan lapar, akan tetapi kami tidak mampu bersabar menahan panasnya api neraka!"
2. Hendaklah seorang istri menjauhkan diri dari berbuat durhaka kepada suaminya, meninggikan suara ketika berbicara kepadanya, dan selalu mengeluhkan tentang suaminya kepada keluarganya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada seorang wanita, "Bagaimana sikapmu terhadap suamimu?! Sesungguhnya ia adalah surga dan nerakamu!" (HR. an-Nasa'i dan Ahmad, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
3. Hendaklah seorang istri tidak meminta kepada suaminya seorang pembantu wanita yang masih muda, karena hal itu dapat menjadi sebab sang suami menceraikannya. Dan karena seorang pembantu wanita muda lebih berpotensi mengundang fitnah dalam rumah tangga. Khususnya fitnah bagi sang suami. Tidak sedikit kasus-kasus perselingkuhan terjadi di dalam rumah tangga antara seorang suami dengan seorang pembantu wanita muda, karena seringnya komunikasi, saling memandang dan berdua-duaan, tatkala sang istri tak ada di rumah, dan lain sebagainya. Kemudian terjadilah perselisihan dan percekcokan antara suami dan istri yang berakhir pada perceraian. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah aku meninggalkan fitnah sepeninggalanku ini bagi para lelaki yang lebih berbahaya, selain para wanita." (Muttafaq 'alaih). Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Janganlah sekali-kali seorang lelaki berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita melainkan ada mahram bersamanya, lalu seorang lelaki berdiri dan berkata, "Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, istriku hendak keluar menunaikan haji, sedangkan namaku telah terdaftar untuk mengikuti perang ini dan itu. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Pulanglah kamu! Dan berhajilah bersama istrimu!". (Muttafaq 'alaih). Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah sekali-kali ia berkhalwat (berdua-duan) dengan seorang wanita yang tidak ada mahram bersamanya, maka sungguh ketiganya adalah syetan." (HR. Ahmad, dengan sanad yang shahih)
4. Hendaklah seorang istri mengetahui bahwa hak suami harus lebih diutamakan dari semua hak kerabat/ keluarganya. Jika mendapatkan hak-hak yang saling bertabrakan, maka ia harus tetap mengutamakan hak suami, dan hendaklah ia mengabaikan yang lainnya.
5. Hendaklah seorang istri menjaga harta suaminya, tidak menggunakannya tanpa sepengetahuannya. Jika ia bersedekah dari hartanya dengan idzinnya, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala suaminya. Jika ia bersedekah tanpa ridhanya, maka suaminya mendapatkan pahala, sedangkan ia mendapatkan dosa.
6. Hendaklah seorang istri menghindar dari pergaulan dengan para tetangga yang tidak baik, teman-teman yang buruk perangainya, yang dapat mempe-ngaruhinya sehingga ia bersikap buruk terhadap suaminya, dan dapat menjadi sebab terjadinya perselihan antara ia dengannya, serta dapat merendahkan martabat dan harga diri suami di hadapannya.
7. Hendaklah seorang istri bersikap sabar atas perlakuan suaminya yang kurang baik. Hendaklah ia bijaksana dalam menyikapinya tatkala sedang emosi, niscaya suaminya akan memujinya pada waktu ia senang. Dan hendaklah ia juga mengetahui, bahwa problematika dalam rumah tangga tidak akan menjadi besar kecuali jika hal itu disikapi dengan keras kepala dan kesombongan. Maka janganlah ia menghancurkan rumah tangganya dengan sikap keras kepala dan kesombongan.
8. Hendaklah seorang istri memenuhi panggilan suaminya dalam situasi dan kondisi apa pun. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa mengajak istrinya ke tempat tidurnya, lalu ia enggan, maka para malaikat melaknatnya hingga pagi." (Muttafaq 'alaih)
9. Hendaklah seorang istri tidak menyebutkan atau menceritakan 'sifat'/keistimewaan wanita lain kepada suaminya. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang hal tersebut. Sebagaimana sabda shallallahu ‘alaihi wasallam beliau, "Janganlah seorang wanita bergaul dengan wanita lain, kemudian ia menceritakan wanita tersebut kepada suaminya, seakan-akan suaminya melihatnya (wanita tersebut)."(Muttafaq 'alaih).
10. Hendaklah seorang istri mampu menjadi pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab terhadap anak-anaknya, dengan menyuruh mereka berbuat baik, dan melarang mereka dari perbuatan yang mungkar (tidak baik). Serta tidak meridhai jika ada sesuatu yang mungkar di rumahnya. Dan hendaklah ia mengerti bahwasanya tidak ada ketaatan kepada satu makhlukpun dalam maksiat kepada Allah subhanahu wata’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "…Dan seorang wanita (Ibu) adalah pemimpin di rumah suaminya, dan akan mem pertanggungjawabkan atas kepemimpinannya,…”(HR. al-Bukhari dan Muslim). Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya, dan apabila ia tidak mampu, maka hendaklah ia mencegahnya dengan lisannya, dan apabila tidak mampu juga, maka hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim, Abu Daud, an-Nasai, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad). Wallahu a'alam.
Friday, 5 March 2010
PEMUDA DAN HARI JUM'AT
Di antara waktu-waktu utama yang sering diremehkan oleh sebagian pemuda adalah hari Jum'at yang Allah subhanahu wata’ala telah menunjukkan umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepadanya dan membiarkan umat-umat terdahulu tanpa petunjuk untuk menggapainya. Berikut ini beberapa ide terpilih yang dapat ditawarkan kepada para pemuda atau remaja untuk mengisi hari Jum'at:
1). Hendaknya seorang pemuda menghindarkan dirinya dari begadang sampai larut malam. Karena begadang akan menghalangi dari bergegas menuju masjid untuk menunaikan shalat Jum'at dengan segera. Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencela kami karena begadang setelah Isya". (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
2). Berdiam diri di Masjid setelah menunaikan shalat Fajar untuk berdzikir dan membaca al-Qur'an.
3). Beristirahat sebentar kemudian menyantap sarapan pagi, mandi, bersiwak, mencukur kumis dan memakai pakaian yang bagus/paling bersih dan memakai minyak wangi. Dari Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu dia berkata, "Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, "Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum'at, lalu menyucikan diri semampunya, memakai minyak rambut atau mengoleskan minyak wangi yang ada di rumahnya, kemudian ia pergi keluar rumahnya menuju masjid, dan tidak memisahkan antara dua orang (yang datang lebih awal) untuk selanjutnya ia mengerjakan shalat sebagaimana yang ditentukan kepadanya lalu memperhatikan khutbah pada saat khatib sedang berkhutbah, melainkan diampuni dosa-dosa yang dilakukan hari itu dan Jum'at yang lain". (HR. al-Bukhari).
Telah berkata Muhammad ibn Ibrahim At-Taimi rahimahullah, "Barangsiapa memotong kukunya pada hari Jum'at, memotong kumisnya, dan menghiasi diri dengan sunnah, maka ia telah menyempurnakan Jum'at." (Abdur Razzaq di dalam karangannya). Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu tidaklah berangkat menuju shalat Jum'at, melainkan ia memakai minyak rambut dan minyak wangi. Berkata Abu Sa'id al-Khudry radhiyallahu ‘anhu, "Tiga perkara yang menjadi kewajian seorang muslim pada hari Jum'at: Mandi, bersiwak, dan memakai minyak wangi jika ia mendapatkannya."
4). Bersegera menghadiri shalat Jum'at dengan berjalan kaki, tidak menaiki kendaraan untuk meraih pahala yang besar dalam kesegeraannya. Sebagaimana disebutkan dalam shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, "Barangsiapa mandi pada hari Jum'at seperti mandi junub, lalu dia berangkat (menuju masjid), maka seakan-akan dia berkurban unta. Barangsiapa berangkat pada saat ke dua, maka seakan-akan dia berkurban sapi. Barangsiapa berangkat pada saat ke tiga, maka seakan-akan dia berkurban kambing. Barangsiapa berangkat pada saat yang ke empat, maka seakan-akan ia berkurban ayam. Barangsiapa berangkat pada saat yang ke lima, maka seakan-akan dia berkurban telor. Sedangkan jika imam telah datang, maka para malaikat berdatangan untuk mendengarkan peringatan (nasihat) ".
Ats-Tsaqofi radhiyallahu ‘anhu berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa mandi hari Jum'at dan membersihkan diri, lalu bersegera dan bergegas, berjalan kaki dan tidak menaiki kendaraan, mendekati posisi imam kemudian mendengarkan dan tidak berbuat sia-sia, maka baginya setiap langkah amalan satu tahun, termasuk pahala puasa dan qiyamullail yang ada pada tahun itu." (HR. Ahmad).
Sedangkan petunjuk para sahabat Radhiyallahu 'Anhum, maka Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, "Kami bersegera menuju Jum'at dan beristirahat setelah Jum'at.” (HR. al-Bukhari).
5). Hendaknya seorang pemuda memanfaatkan waktu duduknya di Masjid dengan amalan ibadah yang cocok dengan hati dan kondisinya. Adakalanya dengan memperbanyak shalat. Disebutkan dalam shahih Muslim dari hadits Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslamy radhiyallahu ‘anhu dia berkata, "Saya bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka saya membawakan air wudhu dan kebutuhannya. Maka beliau berkata kepadaku, "Mintalah". Maka saya berkata, "Saya meminta agar bisa menemanimu di Surga". Beliau berkata, "Ada yang lain selain itu". Maka aku berkata, "Cukup itu saja". Beliau berkata, "Bantulah aku agar bisa membantumu dengan memperbanyak sujud".
Harapan kita semua adalah tinggal bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di surga. Harapan ini (tinggal bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di surga) tidak akan terealisasi setelah rahmat dari Allah subhanahu wata’ala, kecuali dengan mengerjakan sebab-sebabnya. Dan di antara sebab-sebab tersebut adalah memperbanyak shalat.
Nafi' berkata, "Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu senantiasa shalat pada hari Jum'at. Maka ketika mendekati waktu keluarnya imam, ia duduk sebelum keluarnya imam.” (Abdurrozzak 3/210).
Dan di antara sebab-sebab yang lainnya yaitu membaca surat Al-Kahfi. Terdapat banyak nash yang menjelaskan keutamaan membacanya. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ad-Darimi dalam sunannya dari Abu Said Al-Khudry radhiyallahu ‘anhu dia bekata, "Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum'at, maka dia akan diterangi oleh cahaya dalam jarak antara dia dengan Baitul 'Atiq". (Sanadnya memiliki hukum marfu' sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh al-Albani).
Kemudian selayaknya ia berusaha menghafal ayat-ayat al-Qur'an yang mulia agar hati dan dadanya terisi oleh ayat-ayat al-Qur'an. Karena sebaik-baik yang mengisi hati adalah Kitabullah. Imam At-Tirmidzi telah meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dia berkata, "Sesungguhnya seseorang yang di dalam rongga dadanya tidak ada sesuatu dari al-Qur'an seperti rumah yang runtuh". (Berkata At-Tirmidzi: Hadits ini hasan shahih).
6). Jika khatib telah masuk untuk menyampaikan khutbah dan menunaikan shalat, hendaknya ia diam untuk mendengarkan khutbah yang disampaikannya agar dapat mengambil faidah dari khutbah tersebut. hendaknya ia berkonsentrasi mendengarkan khutbah, seolah-olah nanti ia akan ditanya tentang materi khutbah atau ia diminta untuk berbicara tentang materi yang disampaikan Khotib. Maka dengan cara ini akal dan pikirannya akan terpusat lebih banyak pada pembicaraan sang Khotib. Cobalah cara ini, engkau akan mendapatkan kebenaran dari apa yang aku ucapkan.
7). Seusai shalat Jum'at tunaikanlah shalat sunnah Jumat. Jika di masjid shalatlah empat rakaat. Sebagaimana yang telah diriwayatkan At-Tirmidzi dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, "Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, "Barangsiapa di antara kalian shalat setelah Jum'at, maka shalatlah empat raka’at setelahnya". Dan jika engkau lakukan di rumah maka shalatlah dua raka'at. Sebagaimana telah ditetapkan dalam shahihain, bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam shalat dua raka’at setelah Jum'at di rumahnya. Setelah itu santaplah makananmu dan beristirahatlah. Sebagaimana yang telah diriwayatkan Imam al-Bukhari dari hadits Sahl bin Sa'd radhiyallahu ‘anhu dia berkata, "Kami tidak beristirahat dan makan siang, kecuali setelah shalat Jum'at."
8). Setelah Ashar mungkin kamu bisa mengisinya dengan mengunjungi kerabat atau menengok orang sakit atau bisa juga dengan mengulangi pelajaran-pelajaranmu.
9). Mendekti waktu Maghrib selayaknya seorang pemuda berjalan menuju masjid untuk berdoa dan memanfaatkan waktu yang mustajab. Sebagaimana yang terdapat dalam shahihain dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut hari Jum'at, lalu dia berkata, "Di dalamnya terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim yang berdiri berdoa memohon kebaikan kepada Allah bertepatan dengan waktu tersebut, melainkan Dia akan memberikan kepadanya.” Dan beliau mengisyaratkan (pendeknya waktu tersebut) dengan tangannya."
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan waktu ini dengan pendapat-pendapat yang banyak. Tetapi sepertinya pendapat yang pa ling kuat adalah akhir waktu Ashar. Maka selayaknya seorang pemuda muslim yang mengetahui kefakiran dan kebutuhannya kepada Rabb-nya menggunakan kesempatan ini dengan memohon hidayah dan keteguhan di atas agamanya untuk dirinya sendiri dan berdoa untuk saudara-saudaranya kaum muslimin di negara-negara bagian timur bumi dan bagian baratnya.
10). Setelah shalat Maghrib, hendaknya ia membaca wirid sore hari kemudian mengerjakan shalat sunnah Maghrib.
11). Setelah Maghrib ia bisa berkumpul bersama keluarganya untuk bercengkrama dengan mereka dan memberi manfaat dengan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka atau bisa juga memanfaatkan waktu itu untuk mengulangi pelajarannya sehari-hari.
Seorang pemuda hendaknya mengingat bahwasanya pengulangan pelajaran yang ia lakukan adalah dalam rangka meraih ilmu. Dan menuntut ilmu merupakan ibadah yang sangat agung yang seorang hamba memperoleh pahala jika melaksanakannya. Hadits riwayat At-Tirmidzi, Ad-Darimi dan Abu Daud, menyebutkan bahwa seseorang datang kepada Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu saat itu ia sedang berada di Damaskus, lalu ia bertanya, "Wahai Abu Darda! Sesunggunya aku mendatangimu dari kota Madinah Rasul untuk mengklarifikasi sebuah hadits yang engkau riwayatkan dari Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam". Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata, "Apa yang menyebabkan anda datang ke sini, apakah karena suatu perniagaan? Ia menjawab,” Tidak". Ia bertanya lagi, "Apakah tidak ada hal lain yang anda cari? Orang itu menjawab, "Tidak". Maka Abu Darda radhiyallahu ‘anhu berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa berjalan (keluar) untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga, dan malaikat akan meletakkan sayapnya sebagai keridloan terhadap penuntut ilmu. Sesungguhnya para penghuni langit dan bumi sampai makhluk yang ada di laut akan memohonkan ampunan baginya dan keutamaan seorang penutut ilmu daripada seorang yang beribadah adalah seperti keutamaan bulan dari bintang-bintang yang lainnya. Para ulama adalah pewaris nabi-nabi dan sesunggunya nabi-nabi itu tidak mewariskan dinar maupun dirham tetapi mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa mengambilnya (ilmu) sesungguhnya ia telah mengambil keuntungan yang besar"
12). Setelah menunaikan shalat Isya dan menyantap makan malam, jika kamu ingin membaca kitab ilmu yang cocok bagimu, maka ini adalah sebuah kebaikan. Jika engkau malas/enggan melakukan yang demikian itu maka shalat witirlah sebelum engkau tidur untuk mengakhiri harimu dengan sesuatu yang diridhoi Allah subhanahu wata’ala. Jangan lupa dzikir-dzikir menjelang tidur dan etika-etikanya. Semoga Allah subhanahu wata’ala menjaga dan memeliharamu. Shalawat dan salam semoga tercurah pada nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, keluarga dan sahabat-sahabatnya. (Zainal Abidin)
BERCANDA YANG BERPAHALA
Sering kali kita melengkapi kehidupan ini dengan canda dan tawa. Terkadang kita memerlukan penyegaran kembali setelah lama beraktifitas dan menjalani berbagai kesibukan yang melelahkan. Di saat itulah kita dapat melepaskan lelah dan penat dengan canda dan tawa. Hal itu kerap kali terjadi pada para wanita, terkadang bermula dari pembicaraan beberapa orang (ngobrol) dan setelah itu timbul canda dan tawa (guyon).
Namun perlu diwaspadai, akankah canda tersebut menimbulkan masalah atau tidak?
Karena banyak masalah besar yang awalnya hanya diakibatkan karena bercanda yang berlebihan. Nah, mengapa hal ini bisa terjadi? Kemungkinan ada sesuatu yang salah di dalamnya.
Dalam agama Islam canda dan tawa ini diperbolehkan sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, beliau pernah bercanda dengan isteri dan sahabat beliau. Oleh karena itu saudariku, kita perlu mengetahui bagaimana adab bercanda sehingga tidak menimbulkan masalah tetapi justru berpahala yaitu dengan meneladani bagaimana adab bercanda yang Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam ajarkan.
Bercandalah dengan Niat yang Benar
Saudariku mulailah dari niat yang benar ketika akan mengawali suatu amalan, setelah itu lakukan amalan tersebut sesuai dengan petunjuk dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam termasuk dalam bercanda. Perbuatan ini akan mejnadi sia-sia apabila tidak dilandasi dengan kedua syarat tersebut (niat yang lurus dan mengukuti petunjuk Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam). Niat yang lurus maksudnya supaya bersemangat untuk melakukan perkerjaan yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat dan memperhatikan adab Rasulullah dalam bercanda.
Jangan Berlebihan dalam Bercanda dan Tertawa
Saudariku, ketahuilah. Bercanda dan tertawa yang berlebihan dapat mengeraskan hati, serta dapat menjatuhkan kewibawaan kita di hadapan orang lain.
Jangan Bercanda dengan Orang yang Tidak Suka Bercanda
Setiap orang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Ada tipe orang yang suka bercanda namun juga ada orang yang serius atau tidak suka bercanda. Terkadang juga ada yang mempunyai sifat perasa dan ada juga yang nyantai/ cuek. Mengenali sifat orang dalam bergaul apalagi dalam bercanda sangat diperlukan. Jangan sampai menempatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan tempatnya sehingga berlaku dhzolim terhadap saudara kita. Bisa saja dengan ucapan tersebut saudara kita menjadi sakit hati, padahal kita tidak menyadari akan hal tersebut.
Saudariku, tidak dalam segala perkara kita boleh bercanda, ada hal-hal yang diharamkan kita bercanda yaitu:
1. Bercanda/ bermain-main dengan syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala
Orang-orang bermain-main atau mengejek syari’at Allah atau Al Qur’an atau Rasulullah serta sunnah, maka sesungguhnya dia kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah berfirman, yang artinya,
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab,”Sesungguhnya kami hanyalah bersendau gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu meminta maaf, karena engkau telah kafir sesudah beriman…” (Qs. At Taubah: 65-66).
Ayat ini turun berkaitan dengan seorang laki-laki yang mengolok-olok dan berdusta dengan mengatakan bahwa Rosulullah dan shahabatnya adalah orang yang paling buncit perutnya, pengecut dan dusta lisannya. Padahal laki-laki ini hanya bermaksud untuk bercanda saja. Namun bercanda dengan mengolok-olok atau mengejek syari’at agama dilarang bahkan dapat menjatuhkan pelakunya pada kekafiran.
2. Berdusta saat bercanda
Ada sebagian orang yang meremehkan dosa dusta dalam hal bercanda dengan alasan hal ini hanya guyon saja untuk mencairkan suasana. Hal ini telah di jawab oleh sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
“Aku menjamin sebuah taman di tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah Surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun ia bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seorang yag baik akhlaknya.” (HR. Abu Daud)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bercanda, namun tetap jujur serta tidak ditambahi kata-kata dusta. Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku juga bercanda, dan aku tidak mengatakan kecuali yang benar.” (HR. At-Thabrani dalam Al-Kabir)
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celakalah seorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Ahmad).
Dusta dalam bercanda bahkan sering ditemui bahkan dijadikan tontonan seperti lawak yang dijadikan sebagai hiburan di televisi dan sepertinya sudah akrab dan tidak lagi disalahkan. Padahal hal tersebut bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.
Apabila kita mau merenungi hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tentunya kita tidak akan berani untuk berdusta sekalipun dalam bercanda.
3. Menakuti-nakuti seorang muslim untuk bercanda
Tidak diperbolehkan menakuti seorang muslim baik serius atau bercanda. Bayangkan apabila kita membuat terkejut seseorang, padahal beliau mempunyai sakit jantung. Perbuatan ini dapat membuat mudharat yang lebih besar, yaitu dapat mendadak meninggal dengan sebab perbuatan tersebut. Perbuatan ini tidak boleh dilakukan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya baik bercanda ataupun bersungguh-sungguh, barangsiapa mengambil tongkat saudaranya hendaklah ia mengembalikan.” (HR. Abu Daud).
4. Melecehkan kelompok tertentu
Ada juga orang yang bercanda dengab mengatakan “Hai si hitam” dengan maksud menjelek-jelekkan penduduk dari daerah tertentu yang asal kulitnya adalah hitam.
Hal ini tidak diperbolehkan sesuai dengan firman Allah Ta’ala, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan jangan suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim” (Qs. Al-Hujuraat: 11)
Yang dimaksud dengan “Jangan suka mencela dirimu sendiri”, ialah mencela antara sesama mukmin, sebab orang-orang mukmin seperti satu tubuh.
5. Menuduh manusia dan berdusta atas mereka
Misalnya seorang bercanda dengan sahabatnya lalu ia mencela, menuduhnya atau mensifatinya dengan perbuatan keji. Seperti seseorang berkata kepada temannya, “Hai anak zina.” Tuduhan ini bisa menyebabkan jatuhnya hukum, karena menuduh ibu dari anak tersebut telah melakukan zina.
Bercandalah kepada Orang yang Membutuhkan
Bercandalah kepada anak-anak seperti yang pernah dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anas bin Malik radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Hai dzul udzunain (wahai pemilik dua telinga).”
Dari hadits ini dapat kita lihat bahwa Rasulullah tidak pernah berdusta walaupun dalam keadaan bercanda dan beliaulah orang yang paling lembut hatinya.
Saudariku, semoga Allah menjaga kita dari hal-hal yang tidak bermanfaat dan dapat menjadikan setiap detik kita amalan yang diberkahi. Wallohul musta’an.